Rabu, 07 Maret 2018

Andy Sri Wahyudi, Puisi dan Pantomim

Boenga Ketjil, 16 April 2016

Sebenarnya aku belum pernah melihat pementasan pantomim secara utuh apalagi secara live. Dan malam ini ada undangan buat diskusi sastra dengan nara sumber Kang Andy Sri Wahyudi yang pantomimer dari Yogjakarta. Berdasarkan info yang aku dapat,  Kang Andy mau adakan pementasan mini di Boenga Ketjil. Ini yang membuat aku begitu semangat buat hadir di markas Kang Kepik. Nonton pementasan pantomim. Live!!!

Aku datang bareng Kang Didik yang juga penasaran. Saat kami masuk ke Boenga Ketjil suasana masih lengang. Cuma ada 2 lelaki tanggung yang belakangan kutahu kalau mereka mitra kang Kepik dalam membina adik-adik sekolah menengah dlm berteater. "Akan ada festival teater, mereka sedang diskusikan persiapan panitia" jelas Kang Kepik Datang satu teman lagi. Kali ini temanku sih. Kang Boby namanya. Kami pesan wedhang uwuh yang jadi andalan warung ini. Aku minta spesial, dengan banyak jahe. Karena aku butuh penghangat tubuh biar segera hilang "masuk anginku". 20.30 acara belum mulai. Beberapa tamu lagi datang. Termasuk dua pemain biola yang asik berlatih dimeja belakang sebelah kiri. Seorang perempuan mengambil tempat diseberang meja kami. Sempat tersenyum kepada kami. Lalu larut memainkan androitnya.Dimeja depannya seorang lelaki sibuk menulis. Asik dengan dunianya sendiri. Kang Kepik masik sibuk dengan pesanan minuman dari tamu-tamunya. 21.00 atau lebih. Kang Kepik membuka acaranya. Dia kenalkan kepada kami tamu dari Yogjakarta. Narasumber diskusi malam ini. Ternyata lelaki yang sibuk menulis itu orangnya. Aku sedikit mengrenyitkan dahi ga percaya. Diotakku tubuh lelaki ini sepertinya terlalu montok bagi seorang pantomimer. Hemmm..Andy Sri Wahyudi namanya.

Akhirnya yang dinanti-nanti pun tiba. Aktifis Bengkel Mime Theatre itu bercerita ttg perjalanannya. Dia baca puisi juga. Satu dua puisi belum memecahkan kebekuan. Sampai akhirnya suasana menjadi mencair ketika kang Andy bercerita tentang kegagalannya mementaskan BADRIAH, novel karya Ayu Weda, saat kunjungannya di acara peluncuran novel tsb. Kang Andy mencoba mengekspresikan novel tersebut dalam karyanya Bunga-bunga yang Berbicara.

Semua pembicaraan tentang perjalanannya atau tentang puisi-puisi yang dibacanya bagiku nggak menarik. Selingan penampilan dari 2 pemain biola pun belum mampu memuaskanku. Aku ingin menikmati pementasan pantomim. Aku ingin banyak belajar tentang pantomim. Itu saja. Sederhanakan keinginanku? Heheheeee

Sepertinya kang Andy mulai mengerti. Atau memang sudah saatnya dia bercerita tentang pantomim? Aahh nggak penting. Dia mulai bercerita tentang karya terbarunya "Bunga2 yang Berbicara". Karya ini diilhami setelah membaca novel karya Ayu Weda yang berjudul BADRIYAH. Dalam novel barunya Ayu Weda ingin bercerita tentang gulat batin muslimah yang menjadi istri ke 2 dari seorang kyai muda. Rasa cinta, kebanggaan, cemburu, senang, sedih dan beragam rasa batin yang lain selalu dia ceritakan pada seorang sahabat. Sahabatnya ini jualah yg menjadi saksi latar belakang sang muslimah itu menggugat cerai. Dan entah apa yg terjadi, sehingga sang sahabat malah menikah dengan sang kyai muda. Sahabat itu yang bernama Badriyah. Lancar penuh emosi kang Andy menguari novel Ayu Weda.

Lalu kang Andy berdiri. Berlakon pantomim. Aku ga menyangka lelaki gembul ini bisa seluwes itu memerankan sosok wanita. Adegan demi adegan aku nikmati. Rasa sakit itu aku bs rasakan. Rasa bahagia itu pun aku bisa rasakan. Hmmm edan. Disini aku mulai merasakan. Kekuatan emosi kang Andy sbg pantomimer merusak batinku. Hingga usai dia berlakon. Refleks tepuk tanganku mengapresiasinya.

Kita lalu berdiskusi tentang pantomim. Kang Andy bercerita sedikit ttg sejarah pantomim. Yang awalnya adalah pemberontakan para seniman Inggris menghadapi kebijakan ratunya. Saat itu teater yang menjadi corong "pemberontakan" dibungkam. Tokoh-tokohnya dipenjara. Minimal diintimidasi. Maka pantomim menjadi salah satu penyaluran ekspresi.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar