Sebenarnya aku belum pernah melihat
pementasan pantomim secara utuh apalagi secara live. Dan malam ini ada undangan
buat diskusi sastra dengan nara sumber Kang Andy Sri Wahyudi yang pantomimer
dari Yogjakarta. Berdasarkan info yang aku dapat, Kang Andy mau adakan pementasan mini di Boenga
Ketjil. Ini yang membuat aku begitu semangat buat hadir di markas Kang Kepik.
Nonton pementasan pantomim. Live!!!
Aku datang bareng Kang Didik yang juga
penasaran. Saat kami masuk ke Boenga Ketjil suasana masih lengang. Cuma ada 2
lelaki tanggung yang belakangan kutahu kalau mereka mitra kang Kepik dalam
membina adik-adik sekolah menengah dlm berteater. "Akan ada festival
teater, mereka sedang diskusikan persiapan panitia" jelas Kang Kepik
Datang satu teman lagi. Kali ini temanku sih. Kang Boby namanya. Kami pesan
wedhang uwuh yang jadi andalan warung ini. Aku minta spesial, dengan banyak
jahe. Karena aku butuh penghangat tubuh biar segera hilang "masuk
anginku". 20.30 acara belum mulai. Beberapa tamu lagi datang. Termasuk dua
pemain biola yang asik berlatih dimeja belakang sebelah kiri. Seorang perempuan
mengambil tempat diseberang meja kami. Sempat tersenyum kepada kami. Lalu larut
memainkan androitnya.Dimeja depannya seorang lelaki sibuk menulis. Asik dengan
dunianya sendiri. Kang Kepik masik sibuk dengan pesanan minuman dari
tamu-tamunya. 21.00 atau lebih. Kang Kepik membuka acaranya. Dia kenalkan
kepada kami tamu dari Yogjakarta. Narasumber diskusi malam ini. Ternyata lelaki
yang sibuk menulis itu orangnya. Aku sedikit mengrenyitkan dahi ga percaya.
Diotakku tubuh lelaki ini sepertinya terlalu montok bagi seorang pantomimer.
Hemmm..Andy Sri Wahyudi namanya.
Akhirnya yang dinanti-nanti pun
tiba. Aktifis Bengkel Mime Theatre itu bercerita ttg perjalanannya. Dia baca
puisi juga. Satu dua puisi belum memecahkan kebekuan. Sampai akhirnya suasana
menjadi mencair ketika kang Andy bercerita tentang kegagalannya mementaskan
BADRIAH, novel karya Ayu Weda, saat kunjungannya di acara peluncuran novel tsb.
Kang Andy mencoba mengekspresikan novel tersebut dalam karyanya Bunga-bunga yang
Berbicara.
Semua pembicaraan tentang
perjalanannya atau tentang puisi-puisi yang dibacanya bagiku nggak menarik.
Selingan penampilan dari 2 pemain biola pun belum mampu memuaskanku. Aku ingin
menikmati pementasan pantomim. Aku ingin banyak belajar tentang pantomim. Itu
saja. Sederhanakan keinginanku? Heheheeee
Sepertinya kang Andy mulai mengerti.
Atau memang sudah saatnya dia bercerita tentang pantomim? Aahh nggak penting.
Dia mulai bercerita tentang karya terbarunya "Bunga2 yang Berbicara".
Karya ini diilhami setelah membaca novel karya Ayu Weda yang berjudul BADRIYAH.
Dalam novel barunya Ayu Weda ingin bercerita tentang gulat batin muslimah yang
menjadi istri ke 2 dari seorang kyai muda. Rasa cinta, kebanggaan, cemburu,
senang, sedih dan beragam rasa batin yang lain selalu dia ceritakan pada
seorang sahabat. Sahabatnya ini jualah yg menjadi saksi latar belakang sang
muslimah itu menggugat cerai. Dan entah apa yg terjadi, sehingga sang sahabat
malah menikah dengan sang kyai muda. Sahabat itu yang bernama Badriyah. Lancar
penuh emosi kang Andy menguari novel Ayu Weda.
Lalu kang Andy berdiri. Berlakon
pantomim. Aku ga menyangka lelaki gembul ini bisa seluwes itu memerankan sosok
wanita. Adegan demi adegan aku nikmati. Rasa sakit itu aku bs rasakan. Rasa
bahagia itu pun aku bisa rasakan. Hmmm edan. Disini aku mulai merasakan.
Kekuatan emosi kang Andy sbg pantomimer merusak batinku. Hingga usai dia
berlakon. Refleks tepuk tanganku mengapresiasinya.
Kita lalu berdiskusi tentang
pantomim. Kang Andy bercerita sedikit ttg sejarah pantomim. Yang awalnya adalah
pemberontakan para seniman Inggris menghadapi kebijakan ratunya. Saat itu
teater yang menjadi corong "pemberontakan" dibungkam. Tokoh-tokohnya
dipenjara. Minimal diintimidasi. Maka pantomim menjadi salah satu penyaluran
ekspresi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar